Subscribe Us


Minggu, 22 Juni 2025

INTERUPSI EDISI MEI 2025

PRES RELEASE DITERKAM SENJA #1 2025

Berikut merupakan hasil dari kajian Diskusi Internal Kampus di Kala Senja (DITERKAM SENJA) dengan pemateri yaitu Ibu Dida Akmalia Sutrisno, S.Pd pada diskusi kali ini tema yang dibahas mengenai "Tantangan dan Peluang Mempersiapkan Mahasiswa Menjadi Tenaga Pengajar yang Berkarakter" SETIAP MURID ISTIMEWA, GURU TERUS BERKARYA : TANTANGAN DAN PELUANG MEMPERSIAPKAN MAHASISWA MENJADI TENAGA PENGAJAR YANG BERKARAKTER Menjadi guru sama dengan berkarya karena setiap murid selalu istimewa, pengalaman menjadi guru di dua sekolah dengan kondisi dan sarana prasarana berbeda dan dihadapkan pada pendapatan namun tetap mau menjadi guru. - Bu Dida mengajar sudah 10 tahun di SMP Muhammadiyah, beliau bukan PNS dan bukan juga P3K. Beliau masih mengabdi si persyarikatan. Jika kita menjadi guru kalau bisa menjadi PNS ke daerah-daerah, karena kalau di kota sudah banyak PNS. Bagaimana pengalaman mengajar di swasta? pengalaman mengajar di swasta sangat luar biasa, kalian jangan membayangkan apa yang kalian pelajari selama kuliah mudah diterapkan kepada siswa karena jika sudah bertemu dengan siswa, apa yang kalian pelajari akan buyar. Terdapat beberapa siswa yang dsri rumah sudah membawa beban lalu sampai di sekolah nangis tidak mau belajar. Kami sebagai guru tidak bisa membawa beban dari rumah ke kantor, semua siswa harus dilayani sama terlepas dari masalah apapun yang ada di rumah. Ketika kita menjadi guru, kita tidak dilihat dari nilai IPK tetapi dilihat dari kemampuan kita untuk bisa menjadi center, bisa dilihat seluruh siswa dikelas dan melayani semua siswa sama rata. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda beda, tidak bisa dipelajari dengan teori yang ada di perkuliahan, basic skill seperti berbicara didepan kelas, ngemong, dan mendidik tidak akan bisa. Kalau passion kita bukan menjadi guru mending tidak usah, karena menjadi guru itu berat. Menjadi guru tidak seperi dosen, dosen memberikan materi lalu mahasiswa bisa mempelajari sendiri tetapi kalau menjadi guru kita harus lebih extra. Ketika PPL akan bertemu dengan guru-guru pamong kalau misalkan selama kuliah dengan dosen RPP/Modul kita salah itu tidak sebanding dengan besok kita bertemu dengan guru pamong. Karena perencanaan segala hal yang kita dibuat kalau kita sudsh dilapangan ketemu dengan siswa bisa grogi, apalagi jika mendapat sekolah dengan siswa yang kurang unggul, kita melakukan pengkondisian kelas bisa lebih dari 5 menit. Jadi itu tadi pengalaman Bu Dida mengajar di dua sekolah yang berbeda dengan kondisi siswa yang berbeda, sarana prasarana yang berbeda. Jangan bayangkan pekerjaan menjadi guru itu pekerjaan yang nyaman, dilapangan lebih berat dan rumit. Pengalaman bertemu rekan kerja inspiratif dan kreatif turut membentuk daya tahan dan daya juang, serta senantiasa menginspirasi dan memotivasinya - Biasanya untuk menjadi guru kita itu terinspirasi oleh seseorang, misal orangtua kita, tetangga, teman, atau guru kita. Dulu Bu Dida tidak terpikirkan menjadi guru, beliau menjadi guru karena keadaan tetapi beliau enjoy menjalaninya. Rekan kerja atau teman kita tentunya menjadi daya dukung untuk terus berkarya, jika jadi guru jangan hanya duduk dikantor, mengajar lalu pulang. Kita kalau menjadi guru selain menjadi garda terdepan, amal jariyahnya insyaallah sampai meninggal masih mengalir. Yang bisa membuat Bu Dida sampai dititik ini adalah inspirasi dari rekan-rekan yang luar biasa. Menyiapkan pendidik profesional - - Banyak tantangan dan perubahan yang harus dilakukan di era society 5.0 ini. Termasuk yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai gerbang utama dalam mempersiapkan SDM unggul. Dengan adanya zaman yang semakin global maka tantangannya semakin banyak dibanding zaman dulu, dulu anak-anak masih terbiasa menggunakan kertas tetapi anak zaman sekarang tidak bisa, anak sekarang lebih senang melihat visual dan audio. Jika kita tidak bisa mengikuti perkembangan zaman maka kita akan kalah dengan murid sendiri. Murid sekarang itu sangat berbeda dengan murid zaman dulu. Jadi banyak sekali tantangannya walaupun dikurikulumnya setiap tahun sering berganti. Bu dida mengajar dari kurikulum KTSP, kurikulum 2013 hingga sekarang kurikulum merdeka. Bagaimana rasanya kita bisa menjadi guru ketika kurikulum terus berganti? rasanya capek sekali karena kita harus berganti perangkat (peralatan), mengikuti pelatihan terus menerus, sampai RPP berganti. Zaman dulu hanya menggunakan penilaian standar menggunakan rubrik sudah jadi, tetapi saat ini sudah tidak bisa menggunakan seperti itu. Jika kita masih menilai siswa menggunakan cara kuno kita tidak akan bisa maju. Merdeka belajar 1. Pendidik meminimalkan peran sebagai learning material provider, pendidik menjadi penginspirasi bagi tumbuhnya kreativitas peserta didik. 2. Pendidik berperan sebagai fasilitator, tutor, penginspirasi dan pembelajar sejati yang memotivasi peserta didik Manajemen belajar dalam merdeka belajar - - Dalam melaksanakan merdeka belajar diperlukan manajemen tata kelola dari semua unsur, baik pemerintah daerah, swasta (industri dll), kepala sekolah, guru dan masyarakat: jadi dalam sistemnya nanti guru tidak bisa hanya mengajar di sekolah, ada hal-hal yang harus kita selesaikan secara administratif Melalui manajemen berbasis sekolah diperlukan jiwa kepemimpinan seorang kepala sekolah yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya: yang menjadi pns akan berurusan dengan pemerintah secara administratif dan lain sebagainya. Kalau diswasta akan berurusan dengan yayasan. - Untuk peningkatan sumber daya manusia, baik guru maupun kepala sekolah, diperlukan pembinaan baik lokal maupun internasional yang berkelanjutan. Pendidik profesional era society - - - Beradaptasi dengan Society 5.0: kita perlu mengetahui perkembangan generasi (mengenal generasi). Mulai dari generasi x sampai dengan generasi ⍺ dimana terjadi transformasi peradaban manusia. Kita harus mampu beradaptasi dan berkompetisi. Beradaptasi itu kita mampu mengetahui perkembangan generasi x hingga alpha. Digenerasi milenial cara mendidiknya sangat keras, tetapi sekarang ketika kita mengajar siswa, cara mendidik seperti itu tidak dapat diimplementasikan ke generasi alpha karena anak zaman sekarang lebih terbawa perasaan. Seiring perkembangan zaman dinamikanya berbeda. Istilah 4C (Creativity, Critical Thingking, Communication, Collaboration): diharapkan guru menjadi pribadi yang kreatif, mampu mengajar, mendidik, menginspirasi serta menjadi suri teladanhal diatas dspat diaplikasikan saat kita menjadi guru. Memiliki kemampuan 6 literasi dasar: literasi numerasi, literasi sains, literasi informasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan. Memiliki perilaku (karakter) yang mencerminkan profil pelajar pancasila. Pembelajaran yang selalu dipelajari di SD, SMP, SMA sekarang lebih ke literasi, karena sekarang tingkat kemampuan literasi sangat rendah. Tantangan mempersiapkan mahasiswa menjadi tenaga pengajar yang berkarakter - - - Krisis keteladanan di lingkungan sosial: banyak mahasiswa tidak mendapatkan cukup contoh nyata tentang perilaku yang mencerminkan karakter positif, baik di lingkungan kampus maupun masyarakat. Hal ini menyulitkan pembentukan karakter melalui keteladanan. Krisis keteladanan sangat miris, masih banyak siswa yang kurang sopan terhadap guru. Fokus akademik yang dominan: erguruan tinggi sering lebih menekankan aspek kognitif dan capaian akademik, dibandingkan pengembangan afektif (karakter, nilai, dan sikap). Kurangnya integrasi antara teori dan praktik: karakter tidak bisa hanya diajarkan secara teoritis. Banyak calon guru belum cukup mendapat pengalaman nyata untuk menginternalisasi nilai-nilai karakter dalam kegiatan mengajar dan interaksi sosial. Biasanya kita lebih tau teori daripada praktik, ketika sudah terjun ke lapangan biasanya tidak sama seperti teori. Jadi sebelum ke lapangan kita harus mempraktikkan langsung. - - Minimnya pelatihan karakter secara istematis: belum semua Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) memiliki kurikulum yang secara eksplisit dan konsisten membina karakter mahasiswa calon guru. Ketika menjadi guru kita harus berintegritas, apa yang kita punya, kita sampaikan dan berikan semua ke siswa kita. Pengaruh digital dan media sosial: paparan media sosial yang berlebihan dan tidak terfilter dapat membentuk karakter yang membuat karakter yang dangkal. Peluang mempersiapkan mahasiswa menjadi tenaga pengajar yang berkarakter - - - - - Tuntutan pendidikan abad 21: guru masa kini dituntut bukan hanya cerdas, tetapi juga berkarakter kuat untuk membentuk generasi yang berintegritas, empatik, dan tangguh. Ini menciptakan dorongan untuk reformasi pendidikan guru. Integrasi pendidikan karakter dalam kurikulum: kurikulum merdeka dan kebijakan pendidikan nasional memberikan ruang besar untuk mengembangkan pendidikan karakter secara terintegrasi di semua mata kuliah. Peran teknologi dalam penguatan karakter: media digital juga dapat digunakan secara positif untuk membangun karakter, seperti melalui platform pembelajaran berbasis nilai, video inspiratif, dan komunitas daring yang mendukung nilai-nilai baik. Penguatan praktik reflektif: banyak kampus kini mulai mendorong praktik refleksi diri, diskusi nilai, dan pengembangan empati dalam proses pendidikan calon guru — misalnya melalui microteaching berbasis nilai dan pembelajaran berbasis proyek. Kesadaran mahasiswa terhadap isu moral dan sosial: mahasiswa generasi sekarang relatif lebih sadar terhadap isu-isu keadilan, lingkungan, dan kemanusiaan. Ini bisa menjadi titik masuk untuk mengembangkan karakter kepemimpinan dan empati mereka. Langkah strategis yang bisa ditempuh - - Pelatihan soft skills dan nilai moral secara terstruktur. Kegiatan mentoring dan pembinaan karakter oleh dosen pembimbing. - - - Pendidikan berbasis pengalaman, seperti PPL yang menekankan pada interaksi sosial yang etis. Penerapan disiplin positif dan budaya kampus yang sehat. Kolaborasi dengan sekolah mitra yang juga mengedepankan pembinaan karakter. Peran pendidik era society 5.0 - - - Internet of things pada dunia Pendidikan (IoT), Virtual/Augmented reality dalam dunia pendidikan, Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam dunia pendidikan untuk mengetahui serta mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan oleh pelajar. Memiliki kemampuan leadership, digital literacy, communication, emotional intelligence, entrepreneurship, global citizenship, team working dan problem solving. Harus menjadi guru penggerak yang mengutamakan murid dibandingkan dirinya, inisiatif untuk melakukan perubahan pada muridnya, mengambil tindakan tanpa disuruh, terus berinovasi serta keberpihakan kepada murid. Sekarang ini ada bahasan di kurikulum merdeka guru harus berpihak pada murid, bukan membela murid yang salah tetapi menjadi guru yang mampu melayani anak sesuai apa yang dibutuhkan mereka. Closing Statement: Guru adalah profesi yang tidak hanya mengajar, namun juga membimbing dan menjadi orang tua kedua bagi anak-anak. Jadilah laskar-laskar pendidikan Indonesia, kalau bukan dari kita siapa lagi. Sesi tanya jawab: 1. Pertanyaan dari Yogi Bima: bagaimana strategi ibu untuk menghadapi program kurikulum yang berubah ubah dari KTSP sampai kurikulum merdeka? lalu strategi apa yang bisa kita terapkan untuk bekal kita menjadi guru karena di kurikulum 2013 terdapat RPP, lalu dikurikulum merdeka terdapat modul ajar. Tetapi kalau dilihat antara keduanya tidak jauh berbeda, apakah di kurikulum merdeka ibu belajar dari 0 atau mempelajari hal-hal baru yang tidak diajarkan di kurikulum sebelumnya? Jawaban: kurikulum sering berganti, dalam pelaksanaannya banyak sekali hal yang harus kita kembangkan disetiap kurikulumnya, dalam perjalanannya nanti terdapat perbedaan disetiap kurikulum. contoh: RPP yang tadinya 1 bab itu harus ditulis hanya 2 lembar. Terdapat komunitas guru yang disebut MGMP, semua mata pelajaran punya MGMP. Kita harus aktif dalam komunitas, jika kita tidak aktif maka akan ketinggalan zaman. Nantinya RPP dan modul akan mengikuti lingkungan kita (berbeda dengan yang diajarkam pada kuliah). Strateginya kita harus bisa adaptif dan berkolaborasi. Administrasi yang bagus adalah di kabupaten Sleman 2. Pertanyaan dari Yogi Bima: menurut ibu apakah efektif dengan memberikan sanksi kepada siswa yang bermasalah? kemudian jika memberikan sanksi kepada siswa itu dilarang lalu bagaimana langkah konkret untuk mengatasi siswa yang bermasalah? karena menurut saya jika hanya mengandalkan guru BK tidak efektif memberikan efek jera pada siswa tersebut. Jawaban: dulu ditahun 2015 sanksi masih boleh diberikan kepada siswa dalam bentuk poin, jika poin negatifnya penuh maka siswa dapat dikeluarkan dari sekolah. Lambat laun dengan adanya kurikulum merdeka kita tidak boleh menghukum siswa dengan cara itu. Sekarang BK bukan untuk menghukum siswa tetapi memberikan konseling. Anak dibina di ruang konseling, sekarang ruang konseling dibuat nyaman. Guru memberikan surat peringatan kepada siswa jika terdapat bukti kenakalan anak tersebut. Aturan tersebut disetiap sekolah akan berbeda. Anak sekarang masuk BK bukan karena mendapat sanksi tetapi karena mau curhat, sekarang guru BK mindset nya seperti itu menjadi layanan siswa. Semua sekolah tidak boleh mengeluarkan siswa, yang ada siswa yamg mengundurkan diri. Jika besok kita menjadi guru, kita harus punya buku catatan perilaku siswa.

Rabu, 08 Januari 2025

PERS RELEASE DITERKAM SENJA #2

Berikut merupakan hasil dari kajian Diskusi Internal Kampus di Kala Senja (DITERKAM SENJA #2) dengan pemateri yakni Bapak Jen Salafian S.IP., M.A. pada diskusi kali ini tema yang dibahas mengenai Tantangan dan Optimalisasi Politik Pemuda: Meningkatkan Rasionalitas Pemuda Pada Praktik-Praktik Politik". Anak muda melek politik. Di dunia politik, kita sebagai pemuda harus aktif secara langsung membela hak masyarakat dan hak pemuda itu sendiri. ● Ada tantangan di dunia digital dimana konten-konten politik di media sosial terkesan melelahkan dan membosankan. ● Di tahun 2024 ini, sebentar lagi akan ada pilkada serentak. Misalnya kita di sleman akan ada pemilihan kepala daerah sehingga perlu peran dari pemuda. Dimana tuhan telah menentukan angka 10, banyak cara untuk menemukan angka 10 tersebut seperti 5+5, 5x2, ataupun 9+1, jadi kiasannya tinggal bagaimana cara kita menentukan meraih 10 itu. ● Keterlibatan pemuda dalam politik, yakni dengan tidak boleh mempost konten yang kita tidak tahu itu fakta atau hoax. Kemudian apabila ada aturan tidak sesuai dengan kita atau hak masyarakat baru kita lakukan peran kita yaitu mengkritisinya. ● Keterlibatan pemuda dalam politik yang akhir-akhir ini terjadi yaitu mengenai BEM SI undip yang membela adanya kenaikan UKT, dimana hal itu sangat diperbolehkan untuk negara yang demokratis ini. Kemudian dulu juga ada peran pemuda dalam kebijakan tentang ketenagakerjaan dan menjadikan tanggal 1 Mei ditetapkan sebagai hari buruh. ● Tantangan yang pernah terjadi seperti tsunami aceh, bom bali, dan bencana politik lain berdampak serius untuk landscape indonesia saat ini. Sehingga diperlukan pula peran pemuda. Landscape indonesia sekarang terkesan ada kebebasan, demokratis, dan ada penyelesaian masalah dengan baik. Namun, pernah terjadi pula salah tangkap pembunuhan HAM yaitu ferdy Sambo, koruptor dipenjara secara pura-pura seperti Novanto dan kawan-kawannya. ● Pemuda yang sedang tersorot sekarang yaitu Profesor stella Christie sebagai wakil menteri pendidikan dan menjadi wakil pemuda. Menjadi pertanyaan, apakah ia mampu membantu kebijakan yang memihak kita atau hanyut pada sistem yang sudah basah. ● Pemuda seperti kita bisa berperan aktif dalam pencoblosan pemilu terdekat ini, kita juga bisa melakukan advokasi kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan aturan yang ada, bisa melakukan demonstrasi atau melakukan sosialisasi politik. Hal ini adalah partisipasi pemuda secara langsung. ● Sebagai pemuda kita bisa aktif pula dalam membangun bangsa Indonesia dengan membangun toleransi misal dengan menghargai teman yang berbeda. Contoh orang papua yang dianggap tertinggal nyatanya telah bisa membangun daerahnya sendiri. ● Ada hal menarik dimana pada Pemilu pilpres 2024 partai PDIP terpilih mendapat suara paling banyak, namun calon presiden dan wapresnya mendapat suara rendah. Menjadi pertanyaan apakah “wong cilik” berkaitan dengan gotong royong. Kesimpulan ● Kita pemuda sebagai generasi penerus bangsa memiliki banyak tantangan di era digital. Sebagai pemuda kita berperan dalam praktik langsung seperti mengikuti pemilu, mengkroscek visi dan misi paslon, serta mengkritisi aturan yang tidak sesuai. Kita juga bisa mengikuti demonstrasi untuk membela hak kita dengan memperhatikan adab. ● Kemudian sebagai pemuda kita bisa aktif membangun bangsa indonesia dengan membangun toleransi misal dengan menghargai teman yang berbeda. Dan sebagai pemudalah kita harus pahami dan melek politik. Sebab, “ini negeri anak muda, buat uny dan indonesia tetap menyala”. Sesi Tanya Jawab 1) Satu hal tentang saat menjadi pemimpin, menurut Niccolo Machiavelli pemimpin lebih baik ditakuti daripada dicintai. Politik merupakan sebuah cara untuk mencapai tujuan. Untuk konteks politik sekarang, menurut Bapak di indonesia harus politik yang disegani atau dicintai? Jawaban: sekarang di masa transisi presiden yang dicintai dan disegani. Kemarin terjadi isu dimana BEM Fisip Unair mengeluarkan konten, yang membuat BEM tersebut dibekukan oleh dekan kampusnya sendiri. Kemudian yang membuka bekuan itu ialah wakil menteri yakni stella christie, sehingga kita ini sedang melihat gerakan tangan kanan dan kiri pemimpin kita seperti apa. Citra pemerintah sekarang melanjutkan citra kepemimpinan dua periode sebelumnya yang sangat dekat dengan kecintaan masyarakat kepada pemimpin. Pemerintahan sekarang pun mengeluarkan statement yang dikemas dengan rapi dan baik dimana wakil menteri mencairkan pembekuan tersebut. Sehingga kita dapat melihat realita Indonesia saat ini maka kita lebih membutuhkan sosok Pemimpin yang dicintai oleh masyarakat, tanpa ada hal brutal namun pembangunan tetap berjalan. Contohnya pemerintah jogja mengizinkan ada tol. Jadi, sesuai dengan kebutuhan rakyat dan culture negara kita maka lebih membutuhkan pemimpin yang dicintai rakyat dibandingkan yang ditakuti. Namun sekarang ini kita memasuki transisi dari presiden yang dicintai ke presiden yang mungkin akan disegani kedepannya. Secara kultur kita perlu pemimpin yang dicintai masyarakat namun gerakannya walaupun kontroversi bisa berjalan dengan baik dan diam. Misalnya saja pembangunan kereta cepat yang kontroversi atau jalan tol Sumatera yang banyak ditentang tapi nyatanya proyeknya rampung. Tanggapan: Terkait perilaku memilih, dimana telah dijelaskan bahwa masyarakat kita perlu pemimpin yang dicintai. Persoalannya adalah pada saat pemilu, pemilihan masyarakat adalah poin utama dalam pelaksanaan pemilu namun tidak semua masyarakat punya kemampuan sama dalam menerima informasi terkait fenomena-fenomena politik, apalagi sekarang marak buzzer. Dari kacamata politik bagaimana kiat/peran kita sebagai pemuda? Jawaban: Dalam ilmu politik ada teori memilih pemimpin yang paling sedikit keburukannya diantara yang buruk lainnya. Kita harus cek and ricek historis paslonnya, dan mengenai pencalonannya bisa dilacak selain partai pendukung siapa saja yang mengusung secara personal dengan uang yang banyak. Keterpilihan menteri dan pemangku jabatan tinggi kemarin terlihat demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang penuh dengan akomodasi kepentingan. Dimana salah satunya ada foto seorang menteri meminum miras yang tersebar, namun dia tetap ada dijajarannya hingga sekarang. Sebagai pemuda kita harus menjadi yang terdepan untuk melakukan sosialisasi secara pelan-pelan mulai dari orang yang terdekat seperti dari keluarga ataupun teman jurusan lain yang tidak paham politik. Walaupun pastinya paslon pilkada di Jogja misalnya sudah melakukan negosiasi dengan organisasi resmi maupun tidak resmi yang bisa membawa suara masyarakat. Di Indonesia sendiri secara formal edukasi politik dilakukan melalui partai. Contohnya pdip mulai tahun 2012 mengadakan sekolah politik di Jogja dan berlanjut hingga sekarang. Pemuda juga berperan melakukan sosialisasi politik mulai dari orang terdekat. Tanggapan: Kurang setuju dengan pemimpin itu harus dicintai. Karena di era sekarang dimana kebenaran sudah bergeser, bukan dilihat dari benar dan salah tapi dilihat siapa yang ngomong. Jadi, kita melihat kebenaran bukan karena variabel-variabel itu tapi siapa yang bicara. 2) Pendidikan politik sudah bergeser, dulu aliran ideologi sekarang pragmatis yakni basisnya kepentingan, transaksi, dan lainnya. Parpol dianggap bukan lagi tempat yang tepat bagi pendidikan politik karena didalamnya banyak kepentingan tadi. Kemudian ditambah istilah semua tidak bisa dipercaya tadi. Kemudian juga adanya buzzer di media sosial. Menjadikan kita bingung mana yang benar dan mana yang politik yang berdampak kita bingung menentukan calon pemimpin kita. Kita sebagai pemuda harus belajar kemana? terlebih yang memang bukan berada di bidangnya. Jawaban: Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah melakukan upaya dengan memberikan dana kepada partai politik untuk menjalankannya, namun budaya di Indonesia sudah transaksional. Dimana kader partai tetap harus membayar mahal untuk mendapatkan tiket calon legislatif maupun eksekutif. Jadi, kita sebagai anak muda untuk belajar politik, kita harus membentuk identitas kita sendiri terlebih dahulu. Kita membentuk citra kita sebagai personal akan berpijak seperti apa. Misalnya menjadi seorang aktivis pijakan dan langkah-langkah diambil adalah aktivis atau menjadi pasif dimana hanya tahu menentukan pilihan dan pencoblosan yang partisipasinya pasif dengan menghiraukan kebijakan yang dibuat. Jadi, kita harus berpijak pada pijakan kita sendiri untuk kedepannya karena tidak ada tempat formal dan informal untuk belajar politik. Tanggapan: langkah pertama itu yang menentukan, jadi salah kita ada pada langkah pertama. 3) Akhir-akhir ini ada berita viral mengenai BEM fisip unair yang termasuk hinaan kepada presiden yang baru saja terpilih. Lalu, bagaimana pemuda mengetahui antara kritikan dengan hinaan. Serta bagaimana kita memberi tahu orang lain yang termasuk kritik dan yang hinaan tersebut. Kemudian di era modern ini, influencer atau orang terkenal lainnya mudah sekali mendapat kursi di pemerintahan padahal mungkin hal itu tidak sesuai dengan bidangnya. Bagaimana tanggapan bapak? Jawaban: Cara mengetahui batasan dan hinaan, langkah pertama adalah kita harus mengambil langkah formal, lewat advokasi kebijakan tadi, melalui organisasi kemahasiswaan ataupun kepemudaan. Sebenarnya mahasiswa yang aktivis dan aktif membela hak masyarakat sangat banyak, namun ditengah jalan jika ada senggolan transaksional menjadi sudah tidak terdengar lagi. Mengenai kritik, kita bisa melakukan kritik di media sosial secara bebas karena kita negara demokratis namun kita juga harus pintar melakukan kritis.Misalnya dengan memakai kata-kata kiasan dalam mengungkapkan kritik. Dan mengenai batasan hinaan dan kritikan sebaiknya kita lebih bijak lagi, harus bisa menahan diri memberikan komentar atau membuat konten yang tidak ketahui kebenarannya karena kita orang terdidik. Kemudian mengenai public figur atau influencer yang mengisi dunia politik Indonesia. Kita tidak memerlukan public figur yang dikenal banyak orang yang mereka sebenarnya dijadikan “money laundry” dan mereka hanya memanfaatkan kepopulerannya. Kita lah pemuda yang harus berperan walaupun peran kita kecil misal tidak menyebar hoax, tatap melakukan pemilihan pilkada, dan mensosialisasi orang terdekat. Public figur yang mengisi jabatan politik adalah bentuk akomodasi yang dibuat pemimpin kita yang terpilih. Dimana sebelum presiden terpilih, mereka telah melakukan negosiasi dan setelah terpilih akan mengakomodasi kepentingan-kepentingannya. Jadi, jabatan yang diberikan penting bagi mereka yang sudah mendukung. Contohnya influencer yang pada saat pemilu atau pilkada memihak pada salah satu pihak pasti dibelakangnya sudah diberikan dana ataupun ada timbal balik saat pihak yang didukung terpilih. Dan hal itulah yang menjadikan demokrasi kita sekarang ini tidak sehat dan tidak baik-baik saja

PERS RELEASE DITERKAM SENJA #1

Berikut merupakan hasil dari pembahasan Diskusi Internal Kampus dikala Senja (DITERKAM SENJA #1) yang dibersamai oleh Bapak Dr. Budi Mulyono S.Pd., M.Pd. dengan tema yang dibahas yakni "Membuka Jalan Baru Tenaga Pendidik: Merajut Kreativitas Berkarakter, Sosialitas dan Inovasi Pendidikan". Tenaga pendidik itu penyelenggara pendidikan seperti TU, administrasi, kepala sekolah, dll. Sedangkan pendidik itu sebuah profesi yang mengamanatkan dia memberikan sesuatu (pembelajaran/ilmu), maka pendidik yang dimaksud yaitu guru. ● Profesi guru selalu dikatakan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, digugu lan ditiru, dan kata-kata indah lainnya. Tetapi perhatian negara tidak sebanding dengan apa yang diberikan guru. Guru hanya mendapat gaji pokok dan tunjangan serta sertifikasi dan sertifikasinya terkadang masih dipolitisasi oleh pemerintah daerah. Maka, seharusnya minimal mendapatkan tunjangan lagi yaitu tunjangan profesi lagi dari negara. Sertifikasi guru seharusnya menjadi kewajiban bukan hanya sebagai apresiasi. Tetapi untuk mendapatkan sertifikasinya dalam kenyataannya prosesnya sulit dan panjang. ● Tantangan revolusi industri sekarang semua serba otomatis dan online. Guru tidak lagi dibutuhkan secara fisik karena sudah ada rekaman-rekaman video untuk penyampaian informasi. ● Tantangan selanjutnya yaitu tantangan zaman VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity). Sekarang muncul AI, AI mendapatkan big data dari internet dan 70% data di internet itu tidak akurat, oleh karena itu diperlukan intervensi yaitu dengan literasi. ● Media sosial muncul pada masa generasi Z, pengaruh media sosial sejak kecil ini membuat gen z menyukai sesuatu yang serba cepat dan hal ini berpengaruh juga pada cara berkomunikasi mereka. Kemudian sebagaimana juga dengan generasi alpha yang sejak masa bayi sudah terpapar oleh gadget. Hal ini akan menjadi tantangan lebih dan membutuhkan pendekatan khusus bagi pendidik sekarang. ● Tantangan zaman 3 (society 5.0) dan tantangan abad 21 yaitu teknologi yang terus maju, informasi yang begitu cepat, dan komunikasi menjadi skill penting untuk abad 21 ini. ● Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan siswa, pertama yaitu kemampuan literasi, hal itu penting karena dengan literasi kita tidak akan tersesat sehingga guru harus bisa memfasilitasi dalam literasi. Kemudian siswa membutuhkan juga keterampilan 4C yaitu critical thinking, communication, collaboration, dan creativity yang keempatnya tersebut harus bersama-sama dalam pelaksanaanya. Sehingga guru harus bisa mengajarkan dan menguasai 4C tersebut. ● Guru 5 tahun kedepan, mendapatkan tantangan gen z yang memiliki kemampuan yang baik dalam teknologi sehingga pengetahuannya luas, literasinya luas tentang agama dan budaya, punya keinginan untuk terus berkembang, namun gen z juga punya kelemahan yaitu individualis dan egosentris karena terbiasa dengan media sosial yang dimiliki masing-masing individu dan semua hal didapatkan dari situ, tidak fokus pada satu hal jadi banyak hal yg ingin dicoba, emosi labil, memprioritaskan uang, dan sulit dihadapkan dengan hal konvensional seperti gerakan mahasiswa yang masif karena dihadapkan dengan hal-hal yang berbau uang misalnya lebih memilih mengikuti hal yang mendapat keuntungan uang dibandingkan ikut organisasi-organisasi. ● Kemudian guru juga akan menghadapi tantangan generasi alpha yang sejak bayi sudah terpapar layar hp atau disebut screenager. Gen alpha cenderung multitasking dan akan menjadi generasi berpendidikan karena kemudahan mendapat akses komunikasi. suka bermain dan bereksplorasi, ingin serba cepat, sifatnya labil, kurang pengalaman karena hanya berhubungan dengan dunia sosial. Cara mendidik gen alpha, pendidik harus memberikan ruang eksplorasi pribadi, fokus pada kecerdasan ganda karena guru tidak boleh tidak menaikkan siswanya ke kelas selanjutnya karena cara berpikirnya sekarang berbeda siswa dianggap punya kelebihan di bidang lain tidak hanya satu bidang, pemberian penghargaan atas usaha, kemudian juga dengan cara memanfaatkan kata “belum” yaitu dengan mengganti kata “kamu tidak bisa” menjadi “kamu belum bisa, harus belajar sungguh-sungguh lagi”, selanjutnya pendidik menghindari labelisasi bahwa tidak boleh membeda-bedakan antar siswa, menanamkan kegagalan sebagai sebuah pembelajaran, serta adanya peranan orang tua sebagai teladan dan contoh. ● Sesi Tanya Jawab 1. Dalam penggunaan big data dimana big data itu di dalamnya 70% tidak akurat. Bagaimana cara menggunakan, menganalisis, dan meningkatkan analisis kita dalam proses belajar mengajar? Jawaban: Tanpa kita sadari kita berhubungan dengan data, big data itu berpikir seperti otak. Ruang digital tersebut 70%nya tidak akurat maka kesimpulan yang AI (Artificial Intelegent) ambil tersebut juga tidak akurat. Maka, Jadikan hanya sebagai patikan saja dan jangan dipercaya maka kita sudah gagal sejak awal. kita butuh intervensi dari manusia maka dibutuhkan literasi yang baik yaitu mampu mengolah informasi apa yang dibaca dan membuat kesimpulannya. Kemampuan literasi menjadi modal yang penting untuk generasi sekarang dan masa depan. karena sesungguhnya AI adalah untuk membantu manusia, namun kenyataannya AI sekarang menggantikan tugas manusia. 2. Bagaimana cara mengatasi dampak negatif era 5.0 terutama dalam komunikasi? Jawaban: Komunikasi langsung adalah sesuatu yang sangat berharga, karena kita sudah terbiasa berkomunikasi tidak langsung melalui media sosial. Meningkatkan literasi. Tantangan seseorang menyampaikan sesuatu sekarang pasti ada jejak digitalnya, maka kita harus hati-hati dalam menyampaikan sesuatu dan jangan terlalu reaksioner. Kemudian juga jangan mudah mempercayai segala sesuatu di dunia digital karena semua itu artificial/buatan, bukan arti sebenarnya. 3. Bagaimana penerapan pengembangan teknologi informasi, solusi untuk guru ke depan terutama agar tidak ada ketimpangan pada anak biasa dengan anak berkebutuhan khusus? Jawaban: Informasi pengetahuan semakin baik dan banyak tetapi uang sedikit maka akan sempit pemahaman tentang uang itu sendiri sehingga orang berpikir lebih sempit maka diperlukan pemahaman yang lebih untuk membuka arah pemikiran dan pemerintah harus memberikan intervensi melalui fasilitas berupa teknologi sehingga tidak ada ketertinggalan, namun nyatanya kini pemerintah bersifat privat sehingga apapun kembali ke pangsa pasar maka perlu peran pemerintah secara penuh dalam mengelola fasilitas pada siswa kebutuhan khusus. ● Kesimpulan Tantangan zaman revolusi industri mengubah tantangan pendidikan pada generasi yang paham pada teknologi sehingga seluruh lapisan harus memahami secara penuh mengenai kemampuan literasi untuk menghadapi tantangan industri 5.0