Minggu, 22 Juni 2025
PRES RELEASE DITERKAM SENJA #1 2025
22.26
No comments
Berikut merupakan hasil dari kajian Diskusi Internal Kampus di Kala Senja (DITERKAM SENJA) dengan pemateri yaitu Ibu Dida Akmalia Sutrisno, S.Pd pada diskusi kali ini tema yang dibahas mengenai "Tantangan dan Peluang Mempersiapkan Mahasiswa Menjadi Tenaga Pengajar yang Berkarakter"
SETIAP MURID ISTIMEWA, GURU TERUS BERKARYA : TANTANGAN DAN
PELUANG MEMPERSIAPKAN MAHASISWA MENJADI TENAGA
PENGAJAR YANG BERKARAKTER
Menjadi guru sama dengan berkarya karena setiap murid selalu istimewa,
pengalaman menjadi guru di dua sekolah dengan kondisi dan sarana prasarana
berbeda dan dihadapkan pada pendapatan namun tetap mau menjadi guru. -
Bu Dida mengajar sudah 10 tahun di SMP Muhammadiyah, beliau bukan PNS dan
bukan juga P3K. Beliau masih mengabdi si persyarikatan. Jika kita menjadi guru
kalau bisa menjadi PNS ke daerah-daerah, karena kalau di kota sudah banyak PNS.
Bagaimana pengalaman mengajar di swasta? pengalaman mengajar di swasta sangat
luar biasa, kalian jangan membayangkan apa yang kalian pelajari selama kuliah
mudah diterapkan kepada siswa karena jika sudah bertemu dengan siswa, apa yang
kalian pelajari akan buyar. Terdapat beberapa siswa yang dsri rumah sudah membawa
beban lalu sampai di sekolah nangis tidak mau belajar. Kami sebagai guru tidak bisa
membawa beban dari rumah ke kantor, semua siswa harus dilayani sama terlepas dari
masalah apapun yang ada di rumah. Ketika kita menjadi guru, kita tidak dilihat dari
nilai IPK tetapi dilihat dari kemampuan kita untuk bisa menjadi center, bisa dilihat
seluruh siswa dikelas dan melayani semua siswa sama rata. Setiap anak memiliki
kemampuan yang berbeda beda, tidak bisa dipelajari dengan teori yang ada di
perkuliahan, basic skill seperti berbicara didepan kelas, ngemong, dan mendidik
tidak akan bisa. Kalau passion kita bukan menjadi guru mending tidak usah, karena
menjadi guru itu berat. Menjadi guru tidak seperi dosen, dosen memberikan materi
lalu mahasiswa bisa mempelajari sendiri tetapi kalau menjadi guru kita harus lebih
extra. Ketika PPL akan bertemu dengan guru-guru pamong kalau misalkan selama
kuliah dengan dosen RPP/Modul kita salah itu tidak sebanding dengan besok kita
bertemu dengan guru pamong. Karena perencanaan segala hal yang kita dibuat kalau
kita sudsh dilapangan ketemu dengan siswa bisa grogi, apalagi jika mendapat sekolah
dengan siswa yang kurang unggul, kita melakukan pengkondisian kelas bisa lebih
dari 5 menit. Jadi itu tadi pengalaman Bu Dida mengajar di dua sekolah yang berbeda
dengan kondisi siswa yang berbeda, sarana prasarana yang berbeda. Jangan
bayangkan pekerjaan menjadi guru itu pekerjaan yang nyaman, dilapangan lebih
berat dan rumit.
Pengalaman bertemu rekan kerja inspiratif dan kreatif turut membentuk daya
tahan dan daya juang, serta senantiasa menginspirasi dan memotivasinya -
Biasanya untuk menjadi guru kita itu terinspirasi oleh seseorang, misal orangtua kita,
tetangga, teman, atau guru kita. Dulu Bu Dida tidak terpikirkan menjadi guru, beliau
menjadi guru karena keadaan tetapi beliau enjoy menjalaninya. Rekan kerja atau
teman kita tentunya menjadi daya dukung untuk terus berkarya, jika jadi guru jangan
hanya duduk dikantor, mengajar lalu pulang. Kita kalau menjadi guru selain menjadi
garda terdepan, amal jariyahnya insyaallah sampai meninggal masih mengalir. Yang
bisa membuat Bu Dida sampai dititik ini adalah inspirasi dari rekan-rekan yang luar
biasa.
Menyiapkan pendidik profesional - -
Banyak tantangan dan perubahan yang harus dilakukan di era society 5.0 ini.
Termasuk yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai gerbang utama
dalam mempersiapkan SDM unggul.
Dengan adanya zaman yang semakin global maka tantangannya semakin banyak
dibanding zaman dulu, dulu anak-anak masih terbiasa menggunakan kertas tetapi
anak zaman sekarang tidak bisa, anak sekarang lebih senang melihat visual dan
audio. Jika kita tidak bisa mengikuti perkembangan zaman maka kita akan kalah
dengan murid sendiri. Murid sekarang itu sangat berbeda dengan murid zaman dulu.
Jadi banyak sekali tantangannya walaupun dikurikulumnya setiap tahun sering
berganti. Bu dida mengajar dari kurikulum KTSP, kurikulum 2013 hingga sekarang
kurikulum merdeka. Bagaimana rasanya kita bisa menjadi guru ketika kurikulum
terus berganti? rasanya capek sekali karena kita harus berganti perangkat (peralatan),
mengikuti pelatihan terus menerus, sampai RPP berganti. Zaman dulu hanya
menggunakan penilaian standar menggunakan rubrik sudah jadi, tetapi saat ini sudah
tidak bisa menggunakan seperti itu. Jika kita masih menilai siswa menggunakan cara
kuno kita tidak akan bisa maju.
Merdeka belajar
1. Pendidik meminimalkan peran sebagai learning material provider, pendidik
menjadi penginspirasi bagi tumbuhnya kreativitas peserta didik.
2. Pendidik berperan sebagai fasilitator, tutor, penginspirasi dan pembelajar sejati
yang memotivasi peserta didik
Manajemen belajar dalam merdeka belajar - -
Dalam melaksanakan merdeka belajar diperlukan manajemen tata kelola dari semua
unsur, baik pemerintah daerah, swasta (industri dll), kepala sekolah, guru dan
masyarakat: jadi dalam sistemnya nanti guru tidak bisa hanya mengajar di sekolah,
ada hal-hal yang harus kita selesaikan secara administratif
Melalui manajemen berbasis sekolah diperlukan jiwa kepemimpinan seorang kepala
sekolah yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya: yang menjadi pns akan berurusan
dengan pemerintah secara administratif dan lain sebagainya. Kalau diswasta akan
berurusan dengan yayasan.
-
Untuk peningkatan sumber daya manusia, baik guru maupun kepala sekolah,
diperlukan pembinaan baik lokal maupun internasional yang berkelanjutan.
Pendidik profesional era society - - -
Beradaptasi dengan Society 5.0: kita perlu mengetahui perkembangan generasi
(mengenal generasi). Mulai dari generasi x sampai dengan generasi ⍺ dimana terjadi
transformasi peradaban manusia. Kita harus mampu beradaptasi dan berkompetisi.
Beradaptasi itu kita mampu mengetahui perkembangan generasi x hingga alpha.
Digenerasi milenial cara mendidiknya sangat keras, tetapi sekarang ketika kita
mengajar siswa, cara mendidik seperti itu tidak dapat diimplementasikan ke generasi
alpha karena anak zaman sekarang lebih terbawa perasaan. Seiring perkembangan
zaman dinamikanya berbeda.
Istilah 4C (Creativity, Critical Thingking, Communication, Collaboration):
diharapkan guru menjadi pribadi yang kreatif, mampu mengajar, mendidik,
menginspirasi serta menjadi suri teladanhal diatas dspat diaplikasikan saat kita
menjadi guru.
Memiliki kemampuan 6 literasi dasar: literasi numerasi, literasi sains, literasi
informasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan. Memiliki perilaku
(karakter) yang mencerminkan profil pelajar pancasila. Pembelajaran yang selalu
dipelajari di SD, SMP, SMA sekarang lebih ke literasi, karena sekarang tingkat
kemampuan literasi sangat rendah.
Tantangan mempersiapkan mahasiswa menjadi tenaga pengajar yang berkarakter - - -
Krisis keteladanan di lingkungan sosial: banyak mahasiswa tidak mendapatkan
cukup contoh nyata tentang perilaku yang mencerminkan karakter positif, baik di
lingkungan kampus maupun masyarakat. Hal ini menyulitkan pembentukan karakter
melalui keteladanan. Krisis keteladanan sangat miris, masih banyak siswa yang
kurang sopan terhadap guru.
Fokus akademik yang dominan: erguruan tinggi sering lebih menekankan aspek
kognitif dan capaian akademik, dibandingkan pengembangan afektif (karakter, nilai,
dan sikap).
Kurangnya integrasi antara teori dan praktik: karakter tidak bisa hanya diajarkan
secara teoritis. Banyak calon guru belum cukup mendapat pengalaman nyata untuk
menginternalisasi nilai-nilai karakter dalam kegiatan mengajar dan interaksi sosial.
Biasanya kita lebih tau teori daripada praktik, ketika sudah terjun ke lapangan
biasanya tidak sama seperti teori. Jadi sebelum ke lapangan kita harus
mempraktikkan langsung. - -
Minimnya pelatihan karakter secara istematis: belum semua Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) memiliki kurikulum yang secara eksplisit
dan konsisten membina karakter mahasiswa calon guru. Ketika menjadi guru kita
harus berintegritas, apa yang kita punya, kita sampaikan dan berikan semua ke siswa
kita.
Pengaruh digital dan media sosial: paparan media sosial yang berlebihan dan tidak
terfilter dapat membentuk karakter yang membuat karakter yang dangkal.
Peluang mempersiapkan mahasiswa menjadi tenaga pengajar yang berkarakter - - - - -
Tuntutan pendidikan abad 21: guru masa kini dituntut bukan hanya cerdas, tetapi
juga berkarakter kuat untuk membentuk generasi yang berintegritas, empatik, dan
tangguh. Ini menciptakan dorongan untuk reformasi pendidikan guru.
Integrasi pendidikan karakter dalam kurikulum: kurikulum merdeka dan
kebijakan pendidikan nasional memberikan ruang besar untuk mengembangkan
pendidikan karakter secara terintegrasi di semua mata kuliah.
Peran teknologi dalam penguatan karakter: media digital juga dapat digunakan
secara positif untuk membangun karakter, seperti melalui platform pembelajaran
berbasis nilai, video inspiratif, dan komunitas daring yang mendukung nilai-nilai
baik.
Penguatan praktik reflektif: banyak kampus kini mulai mendorong praktik refleksi
diri, diskusi nilai, dan pengembangan empati dalam proses pendidikan calon guru —
misalnya melalui microteaching berbasis nilai dan pembelajaran berbasis proyek.
Kesadaran mahasiswa terhadap isu moral dan sosial: mahasiswa generasi
sekarang relatif lebih sadar terhadap isu-isu keadilan, lingkungan, dan kemanusiaan.
Ini bisa menjadi titik masuk untuk mengembangkan karakter kepemimpinan dan
empati mereka.
Langkah strategis yang bisa ditempuh - -
Pelatihan soft skills dan nilai moral secara terstruktur.
Kegiatan mentoring dan pembinaan karakter oleh dosen pembimbing.
- - -
Pendidikan berbasis pengalaman, seperti PPL yang menekankan pada interaksi sosial
yang etis.
Penerapan disiplin positif dan budaya kampus yang sehat.
Kolaborasi dengan sekolah mitra yang juga mengedepankan pembinaan karakter.
Peran pendidik era society 5.0 - - -
Internet of things pada dunia Pendidikan (IoT), Virtual/Augmented reality dalam
dunia pendidikan, Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam dunia pendidikan
untuk mengetahui serta mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan
oleh pelajar.
Memiliki kemampuan leadership, digital literacy, communication, emotional
intelligence, entrepreneurship, global citizenship, team working dan problem
solving.
Harus menjadi guru penggerak yang mengutamakan murid dibandingkan dirinya,
inisiatif untuk melakukan perubahan pada muridnya, mengambil tindakan tanpa
disuruh, terus berinovasi serta keberpihakan kepada murid. Sekarang ini ada bahasan
di kurikulum merdeka guru harus berpihak pada murid, bukan membela murid yang
salah tetapi menjadi guru yang mampu melayani anak sesuai apa yang dibutuhkan
mereka.
Closing Statement: Guru adalah profesi yang tidak hanya mengajar, namun juga
membimbing dan menjadi orang tua kedua bagi anak-anak. Jadilah laskar-laskar
pendidikan Indonesia, kalau bukan dari kita siapa lagi.
Sesi tanya jawab:
1. Pertanyaan dari Yogi Bima: bagaimana strategi ibu untuk menghadapi program
kurikulum yang berubah ubah dari KTSP sampai kurikulum merdeka? lalu
strategi apa yang bisa kita terapkan untuk bekal kita menjadi guru karena di
kurikulum 2013 terdapat RPP, lalu dikurikulum merdeka terdapat modul ajar.
Tetapi kalau dilihat antara keduanya tidak jauh berbeda, apakah di kurikulum
merdeka ibu belajar dari 0 atau mempelajari hal-hal baru yang tidak diajarkan di
kurikulum sebelumnya?
Jawaban: kurikulum sering berganti, dalam pelaksanaannya banyak sekali hal
yang harus kita kembangkan disetiap kurikulumnya, dalam perjalanannya nanti
terdapat perbedaan disetiap kurikulum. contoh: RPP yang tadinya 1 bab itu harus
ditulis hanya 2 lembar. Terdapat komunitas guru yang disebut MGMP, semua mata
pelajaran punya MGMP. Kita harus aktif dalam komunitas, jika kita tidak aktif
maka akan ketinggalan zaman. Nantinya RPP dan modul akan mengikuti
lingkungan kita (berbeda dengan yang diajarkam pada kuliah). Strateginya kita
harus bisa adaptif dan berkolaborasi. Administrasi yang bagus adalah di
kabupaten Sleman
2. Pertanyaan dari Yogi Bima: menurut ibu apakah efektif dengan memberikan
sanksi kepada siswa yang bermasalah? kemudian jika memberikan sanksi kepada
siswa itu dilarang lalu bagaimana langkah konkret untuk mengatasi siswa yang
bermasalah? karena menurut saya jika hanya mengandalkan guru BK tidak efektif
memberikan efek jera pada siswa tersebut.
Jawaban: dulu ditahun 2015 sanksi masih boleh diberikan kepada siswa dalam
bentuk poin, jika poin negatifnya penuh maka siswa dapat dikeluarkan dari
sekolah. Lambat laun dengan adanya kurikulum merdeka kita tidak boleh
menghukum siswa dengan cara itu. Sekarang BK bukan untuk menghukum siswa
tetapi memberikan konseling. Anak dibina di ruang konseling, sekarang ruang
konseling dibuat nyaman. Guru memberikan surat peringatan kepada siswa jika
terdapat bukti kenakalan anak tersebut. Aturan tersebut disetiap sekolah akan
berbeda. Anak sekarang masuk BK bukan karena mendapat sanksi tetapi karena
mau curhat, sekarang guru BK mindset nya seperti itu menjadi layanan siswa.
Semua sekolah tidak boleh mengeluarkan siswa, yang ada siswa yamg
mengundurkan diri. Jika besok kita menjadi guru, kita harus punya buku catatan
perilaku siswa.
Rabu, 08 Januari 2025
PERS RELEASE DITERKAM SENJA #2
21.01
No comments
Berikut merupakan hasil dari kajian Diskusi Internal Kampus di Kala Senja
(DITERKAM SENJA #2) dengan pemateri yakni Bapak Jen Salafian S.IP., M.A. pada
diskusi kali ini tema yang dibahas mengenai Tantangan dan Optimalisasi Politik
Pemuda: Meningkatkan Rasionalitas Pemuda Pada Praktik-Praktik Politik". Anak
muda melek politik. Di dunia politik, kita sebagai pemuda harus aktif secara
langsung membela hak masyarakat dan hak pemuda itu sendiri. ● Ada tantangan di
dunia digital dimana konten-konten politik di media sosial terkesan melelahkan
dan membosankan. ● Di tahun 2024 ini, sebentar lagi akan ada pilkada serentak.
Misalnya kita di sleman akan ada pemilihan kepala daerah sehingga perlu peran
dari pemuda. Dimana tuhan telah menentukan angka 10, banyak cara untuk menemukan
angka 10 tersebut seperti 5+5, 5x2, ataupun 9+1, jadi kiasannya tinggal
bagaimana cara kita menentukan meraih 10 itu. ● Keterlibatan pemuda dalam
politik, yakni dengan tidak boleh mempost konten yang kita tidak tahu itu fakta
atau hoax. Kemudian apabila ada aturan tidak sesuai dengan kita atau hak
masyarakat baru kita lakukan peran kita yaitu mengkritisinya. ● Keterlibatan
pemuda dalam politik yang akhir-akhir ini terjadi yaitu mengenai BEM SI undip
yang membela adanya kenaikan UKT, dimana hal itu sangat diperbolehkan untuk
negara yang demokratis ini. Kemudian dulu juga ada peran pemuda dalam kebijakan
tentang ketenagakerjaan dan menjadikan tanggal 1 Mei ditetapkan sebagai hari
buruh. ● Tantangan yang pernah terjadi seperti tsunami aceh, bom bali, dan
bencana politik lain berdampak serius untuk landscape indonesia saat ini.
Sehingga diperlukan pula peran pemuda. Landscape indonesia sekarang terkesan ada
kebebasan, demokratis, dan ada penyelesaian masalah dengan baik. Namun, pernah
terjadi pula salah tangkap pembunuhan HAM yaitu ferdy Sambo, koruptor dipenjara
secara pura-pura seperti Novanto dan kawan-kawannya. ● Pemuda yang sedang
tersorot sekarang yaitu Profesor stella Christie sebagai wakil menteri
pendidikan dan menjadi wakil pemuda. Menjadi pertanyaan, apakah ia mampu
membantu kebijakan yang memihak kita atau hanyut pada sistem yang sudah basah. ●
Pemuda seperti kita bisa berperan aktif dalam pencoblosan pemilu terdekat ini,
kita juga bisa melakukan advokasi kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan
aturan yang ada, bisa melakukan demonstrasi atau melakukan sosialisasi politik.
Hal ini adalah partisipasi pemuda secara langsung. ● Sebagai pemuda kita bisa
aktif pula dalam membangun bangsa Indonesia dengan membangun toleransi misal
dengan menghargai teman yang berbeda. Contoh orang papua yang dianggap
tertinggal nyatanya telah bisa membangun daerahnya sendiri. ● Ada hal menarik
dimana pada Pemilu pilpres 2024 partai PDIP terpilih mendapat suara paling
banyak, namun calon presiden dan wapresnya mendapat suara rendah. Menjadi
pertanyaan apakah “wong cilik” berkaitan dengan gotong royong. Kesimpulan ● Kita
pemuda sebagai generasi penerus bangsa memiliki banyak tantangan di era digital.
Sebagai pemuda kita berperan dalam praktik langsung seperti mengikuti pemilu,
mengkroscek visi dan misi paslon, serta mengkritisi aturan yang tidak sesuai.
Kita juga bisa mengikuti demonstrasi untuk membela hak kita dengan memperhatikan
adab. ● Kemudian sebagai pemuda kita bisa aktif membangun bangsa indonesia
dengan membangun toleransi misal dengan menghargai teman yang berbeda. Dan
sebagai pemudalah kita harus pahami dan melek politik. Sebab, “ini negeri anak
muda, buat uny dan indonesia tetap menyala”. Sesi Tanya Jawab 1) Satu hal
tentang saat menjadi pemimpin, menurut Niccolo Machiavelli pemimpin lebih baik
ditakuti daripada dicintai. Politik merupakan sebuah cara untuk mencapai tujuan.
Untuk konteks politik sekarang, menurut Bapak di indonesia harus politik yang
disegani atau dicintai? Jawaban: sekarang di masa transisi presiden yang
dicintai dan disegani. Kemarin terjadi isu dimana BEM Fisip Unair mengeluarkan
konten, yang membuat BEM tersebut dibekukan oleh dekan kampusnya sendiri.
Kemudian yang membuka bekuan itu ialah wakil menteri yakni stella christie,
sehingga kita ini sedang melihat gerakan tangan kanan dan kiri pemimpin kita
seperti apa. Citra pemerintah sekarang melanjutkan citra kepemimpinan dua
periode sebelumnya yang sangat dekat dengan kecintaan masyarakat kepada
pemimpin. Pemerintahan sekarang pun mengeluarkan statement yang dikemas dengan
rapi dan baik dimana wakil menteri mencairkan pembekuan tersebut. Sehingga kita
dapat melihat realita Indonesia saat ini maka kita lebih membutuhkan sosok
Pemimpin yang dicintai oleh masyarakat, tanpa ada hal brutal namun pembangunan
tetap berjalan. Contohnya pemerintah jogja mengizinkan ada tol. Jadi, sesuai
dengan kebutuhan rakyat dan culture negara kita maka lebih membutuhkan pemimpin
yang dicintai rakyat dibandingkan yang ditakuti. Namun sekarang ini kita
memasuki transisi dari presiden yang dicintai ke presiden yang mungkin akan
disegani kedepannya. Secara kultur kita perlu pemimpin yang dicintai masyarakat
namun gerakannya walaupun kontroversi bisa berjalan dengan baik dan diam.
Misalnya saja pembangunan kereta cepat yang kontroversi atau jalan tol Sumatera
yang banyak ditentang tapi nyatanya proyeknya rampung. Tanggapan: Terkait
perilaku memilih, dimana telah dijelaskan bahwa masyarakat kita perlu pemimpin
yang dicintai. Persoalannya adalah pada saat pemilu, pemilihan masyarakat adalah
poin utama dalam pelaksanaan pemilu namun tidak semua masyarakat punya kemampuan
sama dalam menerima informasi terkait fenomena-fenomena politik, apalagi
sekarang marak buzzer. Dari kacamata politik bagaimana kiat/peran kita sebagai
pemuda? Jawaban: Dalam ilmu politik ada teori memilih pemimpin yang paling
sedikit keburukannya diantara yang buruk lainnya. Kita harus cek and ricek
historis paslonnya, dan mengenai pencalonannya bisa dilacak selain partai
pendukung siapa saja yang mengusung secara personal dengan uang yang banyak.
Keterpilihan menteri dan pemangku jabatan tinggi kemarin terlihat demokrasi
Indonesia adalah demokrasi yang penuh dengan akomodasi kepentingan. Dimana salah
satunya ada foto seorang menteri meminum miras yang tersebar, namun dia tetap
ada dijajarannya hingga sekarang. Sebagai pemuda kita harus menjadi yang
terdepan untuk melakukan sosialisasi secara pelan-pelan mulai dari orang yang
terdekat seperti dari keluarga ataupun teman jurusan lain yang tidak paham
politik. Walaupun pastinya paslon pilkada di Jogja misalnya sudah melakukan
negosiasi dengan organisasi resmi maupun tidak resmi yang bisa membawa suara
masyarakat. Di Indonesia sendiri secara formal edukasi politik dilakukan melalui
partai. Contohnya pdip mulai tahun 2012 mengadakan sekolah politik di Jogja dan
berlanjut hingga sekarang. Pemuda juga berperan melakukan sosialisasi politik
mulai dari orang terdekat. Tanggapan: Kurang setuju dengan pemimpin itu harus
dicintai. Karena di era sekarang dimana kebenaran sudah bergeser, bukan dilihat
dari benar dan salah tapi dilihat siapa yang ngomong. Jadi, kita melihat
kebenaran bukan karena variabel-variabel itu tapi siapa yang bicara. 2)
Pendidikan politik sudah bergeser, dulu aliran ideologi sekarang pragmatis yakni
basisnya kepentingan, transaksi, dan lainnya. Parpol dianggap bukan lagi tempat
yang tepat bagi pendidikan politik karena didalamnya banyak kepentingan tadi.
Kemudian ditambah istilah semua tidak bisa dipercaya tadi. Kemudian juga adanya
buzzer di media sosial. Menjadikan kita bingung mana yang benar dan mana yang
politik yang berdampak kita bingung menentukan calon pemimpin kita. Kita sebagai
pemuda harus belajar kemana? terlebih yang memang bukan berada di bidangnya.
Jawaban: Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah melakukan upaya dengan memberikan
dana kepada partai politik untuk menjalankannya, namun budaya di Indonesia sudah
transaksional. Dimana kader partai tetap harus membayar mahal untuk mendapatkan
tiket calon legislatif maupun eksekutif. Jadi, kita sebagai anak muda untuk
belajar politik, kita harus membentuk identitas kita sendiri terlebih dahulu.
Kita membentuk citra kita sebagai personal akan berpijak seperti apa. Misalnya
menjadi seorang aktivis pijakan dan langkah-langkah diambil adalah aktivis atau
menjadi pasif dimana hanya tahu menentukan pilihan dan pencoblosan yang
partisipasinya pasif dengan menghiraukan kebijakan yang dibuat. Jadi, kita harus
berpijak pada pijakan kita sendiri untuk kedepannya karena tidak ada tempat
formal dan informal untuk belajar politik. Tanggapan: langkah pertama itu yang
menentukan, jadi salah kita ada pada langkah pertama. 3) Akhir-akhir ini ada
berita viral mengenai BEM fisip unair yang termasuk hinaan kepada presiden yang
baru saja terpilih. Lalu, bagaimana pemuda mengetahui antara kritikan dengan
hinaan. Serta bagaimana kita memberi tahu orang lain yang termasuk kritik dan
yang hinaan tersebut. Kemudian di era modern ini, influencer atau orang terkenal
lainnya mudah sekali mendapat kursi di pemerintahan padahal mungkin hal itu
tidak sesuai dengan bidangnya. Bagaimana tanggapan bapak? Jawaban: Cara
mengetahui batasan dan hinaan, langkah pertama adalah kita harus mengambil
langkah formal, lewat advokasi kebijakan tadi, melalui organisasi kemahasiswaan
ataupun kepemudaan. Sebenarnya mahasiswa yang aktivis dan aktif membela hak
masyarakat sangat banyak, namun ditengah jalan jika ada senggolan transaksional
menjadi sudah tidak terdengar lagi. Mengenai kritik, kita bisa melakukan kritik
di media sosial secara bebas karena kita negara demokratis namun kita juga harus
pintar melakukan kritis.Misalnya dengan memakai kata-kata kiasan dalam
mengungkapkan kritik. Dan mengenai batasan hinaan dan kritikan sebaiknya kita
lebih bijak lagi, harus bisa menahan diri memberikan komentar atau membuat
konten yang tidak ketahui kebenarannya karena kita orang terdidik. Kemudian
mengenai public figur atau influencer yang mengisi dunia politik Indonesia. Kita
tidak memerlukan public figur yang dikenal banyak orang yang mereka sebenarnya
dijadikan “money laundry” dan mereka hanya memanfaatkan kepopulerannya. Kita lah
pemuda yang harus berperan walaupun peran kita kecil misal tidak menyebar hoax,
tatap melakukan pemilihan pilkada, dan mensosialisasi orang terdekat. Public
figur yang mengisi jabatan politik adalah bentuk akomodasi yang dibuat pemimpin
kita yang terpilih. Dimana sebelum presiden terpilih, mereka telah melakukan
negosiasi dan setelah terpilih akan mengakomodasi kepentingan-kepentingannya.
Jadi, jabatan yang diberikan penting bagi mereka yang sudah mendukung. Contohnya
influencer yang pada saat pemilu atau pilkada memihak pada salah satu pihak
pasti dibelakangnya sudah diberikan dana ataupun ada timbal balik saat pihak
yang didukung terpilih. Dan hal itulah yang menjadikan demokrasi kita sekarang
ini tidak sehat dan tidak baik-baik saja
PERS RELEASE DITERKAM SENJA #1
20.51
No comments
Berikut merupakan hasil dari pembahasan Diskusi Internal Kampus dikala Senja (DITERKAM SENJA #1) yang dibersamai oleh Bapak Dr. Budi Mulyono S.Pd., M.Pd. dengan tema yang dibahas yakni "Membuka Jalan Baru Tenaga Pendidik: Merajut Kreativitas Berkarakter, Sosialitas dan Inovasi Pendidikan".
Tenaga pendidik itu penyelenggara pendidikan seperti TU, administrasi, kepala
sekolah, dll. Sedangkan pendidik itu sebuah profesi yang mengamanatkan dia
memberikan sesuatu (pembelajaran/ilmu), maka pendidik yang dimaksud yaitu guru.
● Profesi guru selalu dikatakan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, digugu lan ditiru,
dan kata-kata indah lainnya. Tetapi perhatian negara tidak sebanding dengan apa yang
diberikan guru. Guru hanya mendapat gaji pokok dan tunjangan serta sertifikasi dan
sertifikasinya terkadang masih dipolitisasi oleh pemerintah daerah. Maka, seharusnya
minimal mendapatkan tunjangan lagi yaitu tunjangan profesi lagi dari negara.
Sertifikasi guru seharusnya menjadi kewajiban bukan hanya sebagai apresiasi. Tetapi
untuk mendapatkan sertifikasinya dalam kenyataannya prosesnya sulit dan panjang.
● Tantangan revolusi industri sekarang semua serba otomatis dan online. Guru tidak lagi
dibutuhkan secara fisik karena sudah ada rekaman-rekaman video untuk penyampaian
informasi.
● Tantangan selanjutnya yaitu tantangan zaman VUCA (Volatility, Uncertainty,
Complexity, Ambiguity). Sekarang muncul AI, AI mendapatkan big data dari internet
dan 70% data di internet itu tidak akurat, oleh karena itu diperlukan intervensi yaitu
dengan literasi.
● Media sosial muncul pada masa generasi Z, pengaruh media sosial sejak kecil ini
membuat gen z menyukai sesuatu yang serba cepat dan hal ini berpengaruh juga pada
cara berkomunikasi mereka. Kemudian sebagaimana juga dengan generasi alpha yang
sejak masa bayi sudah terpapar oleh gadget. Hal ini akan menjadi tantangan lebih dan
membutuhkan pendekatan khusus bagi pendidik sekarang.
● Tantangan zaman 3 (society 5.0) dan tantangan abad 21 yaitu teknologi yang terus
maju, informasi yang begitu cepat, dan komunikasi menjadi skill penting untuk abad
21 ini.
● Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan siswa, pertama yaitu kemampuan literasi, hal
itu penting karena dengan literasi kita tidak akan tersesat sehingga guru harus bisa
memfasilitasi dalam literasi. Kemudian siswa membutuhkan juga keterampilan 4C
yaitu critical thinking, communication, collaboration, dan creativity yang keempatnya
tersebut harus bersama-sama dalam pelaksanaanya. Sehingga guru harus bisa
mengajarkan dan menguasai 4C tersebut.
● Guru 5 tahun kedepan, mendapatkan tantangan gen z yang memiliki kemampuan yang
baik dalam teknologi sehingga pengetahuannya luas, literasinya luas tentang agama
dan budaya, punya keinginan untuk terus berkembang, namun gen z juga punya
kelemahan yaitu individualis dan egosentris karena terbiasa dengan media sosial yang
dimiliki masing-masing individu dan semua hal didapatkan dari situ, tidak fokus pada
satu hal jadi banyak hal yg ingin dicoba, emosi labil, memprioritaskan uang, dan sulit
dihadapkan dengan hal konvensional seperti gerakan mahasiswa yang masif karena
dihadapkan dengan hal-hal yang berbau uang misalnya lebih memilih mengikuti hal
yang mendapat keuntungan uang dibandingkan ikut organisasi-organisasi.
● Kemudian guru juga akan menghadapi tantangan generasi alpha yang sejak bayi
sudah terpapar layar hp atau disebut screenager. Gen alpha cenderung multitasking
dan akan menjadi generasi berpendidikan karena kemudahan mendapat akses
komunikasi. suka bermain dan bereksplorasi, ingin serba cepat, sifatnya labil, kurang
pengalaman karena hanya berhubungan dengan dunia sosial. Cara mendidik gen
alpha, pendidik harus memberikan ruang eksplorasi pribadi, fokus pada kecerdasan
ganda karena guru tidak boleh tidak menaikkan siswanya ke kelas selanjutnya karena
cara berpikirnya sekarang berbeda siswa dianggap punya kelebihan di bidang lain
tidak hanya satu bidang, pemberian penghargaan atas usaha, kemudian juga dengan
cara memanfaatkan kata “belum” yaitu dengan mengganti kata “kamu tidak bisa”
menjadi “kamu belum bisa, harus belajar sungguh-sungguh lagi”, selanjutnya
pendidik menghindari labelisasi bahwa tidak boleh membeda-bedakan antar siswa,
menanamkan kegagalan sebagai sebuah pembelajaran, serta adanya peranan orang tua
sebagai teladan dan contoh.
● Sesi Tanya Jawab
1. Dalam penggunaan big data dimana big data itu di dalamnya 70% tidak
akurat. Bagaimana cara menggunakan, menganalisis, dan meningkatkan
analisis kita dalam proses belajar mengajar?
Jawaban: Tanpa kita sadari kita berhubungan dengan data, big data itu berpikir
seperti otak. Ruang digital tersebut 70%nya tidak akurat maka kesimpulan
yang AI (Artificial Intelegent) ambil tersebut juga tidak akurat. Maka, Jadikan
hanya sebagai patikan saja dan jangan dipercaya maka kita sudah gagal sejak
awal. kita butuh intervensi dari manusia maka dibutuhkan literasi yang baik
yaitu mampu mengolah informasi apa yang dibaca dan membuat
kesimpulannya. Kemampuan literasi menjadi modal yang penting untuk
generasi sekarang dan masa depan. karena sesungguhnya AI adalah untuk
membantu manusia, namun kenyataannya AI sekarang menggantikan tugas
manusia.
2. Bagaimana cara mengatasi dampak negatif era 5.0 terutama dalam
komunikasi?
Jawaban: Komunikasi langsung adalah sesuatu yang sangat berharga, karena
kita sudah terbiasa berkomunikasi tidak langsung melalui media sosial.
Meningkatkan literasi. Tantangan seseorang menyampaikan sesuatu sekarang
pasti ada jejak digitalnya, maka kita harus hati-hati dalam menyampaikan
sesuatu dan jangan terlalu reaksioner. Kemudian juga jangan mudah
mempercayai segala sesuatu di dunia digital karena semua itu artificial/buatan,
bukan arti sebenarnya.
3. Bagaimana penerapan pengembangan teknologi informasi, solusi untuk guru
ke depan terutama agar tidak ada ketimpangan pada anak biasa dengan anak
berkebutuhan khusus?
Jawaban: Informasi pengetahuan semakin baik dan banyak tetapi uang sedikit
maka akan sempit pemahaman tentang uang itu sendiri sehingga orang
berpikir lebih sempit maka diperlukan pemahaman yang lebih untuk membuka
arah pemikiran dan pemerintah harus memberikan intervensi melalui fasilitas
berupa teknologi sehingga tidak ada ketertinggalan, namun nyatanya kini
pemerintah bersifat privat sehingga apapun kembali ke pangsa pasar maka
perlu peran pemerintah secara penuh dalam mengelola fasilitas pada siswa
kebutuhan khusus.
● Kesimpulan
Tantangan zaman revolusi industri mengubah tantangan pendidikan
pada generasi yang paham pada teknologi sehingga seluruh lapisan harus
memahami secara penuh mengenai kemampuan literasi untuk menghadapi
tantangan industri 5.0
Langganan:
Postingan (Atom)